Kamis, 12 Desember 2013

Komponen Knowledge Management dalam Organisasi

Untuk merancang sistem knowledge management yang  dapat membantu lembaga untuk meningkatkan kinerjanya diperlukan empat komponen, yaitu:
 1. Aspek Manusia, disarankan pada organisasi untuk menunjuk/mempekerjakan seorang document control atau knowledge manager yang bertanggung jawab mengelola sistem knowledge management dengan cara mendorong para karyawan untuk mendokumentasikan dan mempublikasikan knowledge mereka, mengatur file, menghapus knowledge yang sudah tidak relevan dan mengatur sistem reward/punishment.
2. Proses, telah dirancang serangkaian proses yang mengaplikasikan konsep model SECI dalam pelaksanaannya.
3. Teknologi, telah dibuat usulan penambahan infrastruktur yang diperlukan untuk menunjang berjalannya sistem knowledge management yang efektif.
4. Content (isi), telah dirancang content dari sistem knowledge management yaitu berupa database knowledge dan dokumen yang dibutuhkan karyawan untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya.


Jadi Model Organizational Knowledge Management System (OKMS) apabila mau diterapkan sebaiknya melalui pendekatan stok dan alur knowledge yang merupakan karakteristik dari OKMS. Stok dan alur knowledge tersebut adalah sebagai berikut :  
• Stok knowledge adalah sesuatu yang telah diketahui yang dapat berupa database atau perpustakaan, organisasi/institusi, tersebar di seluruh organisasi/institusi dalam berbagai kantor, filling cabinets, rak buku (bookshelves), dsb atau ada di kepala karyawan.
• Alur knowledge Î agar knowledge dapat bermanfaat (yaitu: agar dapat menjamin bahwa knowledge yang ada di manapun dalam organisasi/institusi dapat tersedia di manapun apabila diperlukan, sangat penting untuk menjamin apakah knowledge yang ada dalam organisasi/institusi mampu untuk menyebar ke manapun dalam organisasi.

Pendekatan tersebut perlu untuk membangun knowledge sharing dan learning organization dalam organisasi/institusi tersebut. Istilah learning organization (organisasi yang selalu belajar) di maksudkan sebagai kemampuan organisasi/institusi untuk belajar dari pengalaman masa lalu (Dibell,1995).

Organisasi/institusi baru disebut learning organization , apabila organisasi/institusi tersebut melakukan lima kegiatan utama yaitu : 1). penyelesaian masalah yang sistematis, 2). bereksperimentasi kreatif, 3). belajar dari pengalaman masa lalu, 4). belajar dari praktek organisasi/institusi lain yang sukses, dan 5). mentransfer knowledge secara cepat dan efisien ke seluruh organisasi.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar